Posted on

Di Jepang ada peringatan pada awal Februari yang disebut dengan hari Setsubun 節分. Biasanya jika kita katakan Setsubun orang akan berkata “Oh Oni wa soto” itu ya? Yang lempar kacang kedelai itu ya? Yang bulan Februari ya? Padahal sebetulnya Setsubun itu ada 4 kali dalam setahun. Karena setsubun sebetulnya berarti Kisetsu wo wakeru 季節を分ける, membagi musim. Dan musim dalam setahun itu kan ada empat 春夏秋冬, jadi selayaknya Setsubun juga ada 4. Tapi memang yang terkenal adalah Setsubun menjelang musim semi, sehari sebelum 立春 risshun.

Awalnya memang kebiasaan dari China yang dipakai oleh Kaisar Monmu (736) sebagai upacara mengusir ONI (saya terjemahkan setan saja ya? yang dalam hal ini penyakit karena pergantian musim) di kalangan istana, dan mulai menyebar di masyarakat biasa pada jaman Muromachi (1338-1573). Dahulu ada kebiasaan untuk mengusir ONI ini dengan menaruh HIIRAGIIWASHI柊鰯, yaitu hiasan dari kepala ikan Iwashi yang ditusuk dengan daun Hiiragi (daun yang bersudut tajam). Bau kepala ikan dan sudut tajam daun dipercaya bisa mengusir ONI. Tapi itu dulu!

Sekarang tinggal dua kebiasaan yang dilakukan, yaitu

1. Melempar kacang kedelai ke arah luar. Diharapkan dengan lemparan kedelai ini sang setan (ONI) akan lari dan membawa pergi kesialan dan penyakit bersamanya. Sambil melempar kedelai ke arah luar rumah biasanya kita akan berkata, “Oni wa soto, fuku wa uchi (Setan pergilah, keberuntungan/kebahagiaan datanglah)”. Anak-anak biasanya akan memakai topeng Oni, dan melemparkan kedelainya. Anak-anak juga akan mengambil kacang kedelai (selain yang dilempar) sesuai umurnya untuk dimakan. Jadi kalau umur 9 tahun, mengambil 9 butir kacang untuk dimakan. Dengan makan kacang kedelai ini, diharapkan badan menjadi kuat dan tetap sehat serta tidak terkena masuk angin, penyakit yang umum di musim dingin. Yang lucunya, saya membaca bahwa di daerah Hokkaido, Jepang utara dan Kyushu selatan, yang dilempar adalah kacang tanah. Alasannya, kacang tanah yang masih berkulit itu sesudah dilempar dapat lebih mudah dikumpulkan dan dimakan (emak tidak mau rugi 😃). Iya sih, kalau mau mengumpulkan kacang kedelai yang sudah dilempar sulit juga dan kotor kan. Biasanya ibu-ibu akhirnya mengumpulkan pakai sapu saja, kemudian langsung dibuang ke tong sampah.

Kadang-kadang di sekolah akan muncul orang berkostum ONI, biru Ao-Oni dan merah Aka-Oni, datang dan menggoda anak-anak. Kemudian anak-anak akan melemparkan kacang ke arah ONI itu. Di penitipan anak atau TK biasanya banyak anak yang takut dan menangis. (wajar ya 😃)

2. Makan sushi gulung malu-malu. Loh kok malu-malu? Sebetulnya sih bukan malu tapi maru. Tapi bagi orang Jepang kan pengucapan “malu” dan “maru” itu sama, jadi ya saya katakan saja malu-malu 😃

Maru itu adalah bulat. Terus terang saya pernah bingung melihat nama toko di Shibuya yang hanya bertuliskan OIOI kok dibaca Marui. Ternyata O nya itu Maru = bulat dan I nya ya dibaca i. Memang membaca tulisan di Jepang kadang perlu putar otak untuk bisa mengerti artinya, meskipun kita sudah bisa bahasa Jepang. Tapi dengan adanya kata maru yang berarti bulat itu juga, bisa membuat orang Jepang yang belajar bahasa Indonesia cepat hafal kata “malu”. Biasanya saya mengajarkan “Maru hadaka de Malu hazukashii” (Telanjang BULAT jadi Malu). Biasanya sih tokcer tuh untuk menghafal kata malu.

Jadi pada peringatan SETSUBUN ini ada kebiasaan untuk makan sushi bulat-bulat, sushi yang berbentuk gulung, yang memang juga “bulat padat” berisi 7 macam “lauk”. Namanya “Marukaburi” まるかぶり atau “Ehomaki” 恵方まき. Dan ternyata waktu saya mencari informasi, eho berarti lucky direction, arah mujur. Mewakili 7 dewa, yang disebut Shichifukujin七福神, 7 macam “lauk” diisi dalam nasi sushi untuk kemudian dilinting. Tujuh jenis lauk itu adalah kanpyo (sejenis mentimun yang dikeringkan), ketimun, jamur, rumput laut, unagi (belut) dan abon denpun, telur dadar, atau yang lainnya. Bahkan pasti ada yang pernah lihat di TV ada yang membuat ehomaki berbalut emas senilai 50.000 yen saja! (Mau dong mentahnya hehehe)

Nah, kalau membeli ehomaki di toko, biasanya akan diberikan kertas berisi cara makan sushi gulung ini. Di situ biasanya tertulis arah mujur tahun tersebut (setiap tahun beda). Jadi sambil menghadap ke arah ini kita makan bulat-bulat sampai habis satu batang sushi gulung ini (jangan satu suapan ya… nanti keselek 😃) . Dan sembari makan membatinkan keinginan untuk tahun ini. Misalnya supaya lulus ujian, dapat pacar, sehat dll. Kebiasaan makan Ehomaki ini termasuk kebiasaan yang baru timbul, sekitar jaman Tokugawa – Meiji dan bisnis memang berperan dalam penyebaran kebiasaan ini, dengan mengatakan : “Kalau makan ehomaki satu tanpa berhenti maka penyakit menjauh dan keberuntungan mendekat, tapi kalau berhenti di tengah-tengah berarti melepaskan keberuntungan”.

Daaaan zaman modern sekarang bahkan sudah banyak yang mulai mengganti kebiasaan makan ehomaki dengan bolu gulung, pokoknya bulat digulung-gulung deh. Mungkin kita bisa kenalkan lemper, arem-arem atau gogos sebagai pengganti ehomaki ya? 😃

Bagaimana? Sudah siap dengan kacang kedelai dan ehomaki? Jangan lupa siapkan sapu juga ya 😃.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *